Kamis, 26 Mei 2011

Renald Kasali: Re-code your change DNA bab 9 "MELIHAT DENGAN PIKIRAN"

NAMA KELOMPOK : METAMORFOSIS
TUGAS TERSTRUKTUR
Mata Kuliah Pengembangan Organisasi
“REVIEW BUKU RENALD KASALI: RE-CODE YOUR CHANGE DNA
BAB 9 MELIHAT DENGAN PIKIRAN”
Nama Anggota:

Sekhu Anwar Eko                            F1B007022

Thaufan Yanuar F.R                       F1B009018
Winda Wijiasih                                  F1B009038
Garmia Purnamasari                        F1B009053
Nesi Novita I.S                                   F1B009082
Hesti Maulianti                                  F1B009091

KEMENTERIAN PENDIDIKAN NASIONAL
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
ILMU ADMINISTRASI NEGARA
2011


BAB 9
MELIHAT DENGAN PIKIRAN

Sering kita berpikir mata adalah sumber hidup terpenting kita. Tidak bisa dipungkiri memang dengan mata kita bisa melihat keindahan dunia ini, melihat keindahan yang diciptakan oleh Tuhan. Tapi, sadarkah kita bahwa bukan hanya dengan mata saja kita melihat. Kita juga dibantu oleh otak atau pikiran kita. Dengan pikiran yang jernih akan membantu memperjelas apa yang kita lihat, sebaliknya pikiran yang tidak sempurna akan mengaburkan penglihatan kita juga. Bab ini mempelajari tentang membedakan antara persepsi kita dengan realitas (kenyataan) yang sesungguhnya dalam perubahan.
Dalam kehidupan ini, persepsi dan realitas dapat saja berjalan sendiri-sendiri, tetapi keduanya harus dapat diintegrasikan. Organisasi misalnya, dalam hal memelihara realitas manajer yang melakukannya sedangkan dalam hal mengubah persepsi dilakukan oleh pemimpin. Meskipun, tugas mereka berbeda tapi, mereka harus bekerja sama agar pencapaian tujuan bisa terlaksana secara efektif dan efisien. Selain persepsi dan realitas yang harus berjalan beriringan kita juga harus menciptakan masa depan. Jangan hanya terfokus pada hari ini karena hari esok bisa saja kita gagal. Inilah tugas seorang pemimpin untuk berpikir, mengubah apa yang sudah biasa dilihat, mengubah persepsi (to change the way things are seen) dan membawa kita ke masa depan baru.
Persepsi dan realitas adalah dua sosok yang sangat penting dikelola dalam manajemen. Kalau kita dibesarkan dalam mashab manajemen berbasiskan angka (kuantitatif) maka kita dapat tenggelam dalam realitas, sehingga hebat dalam kekinian (here and now). Kita akan cenderung stuck ditempat dan gagal dalam persepsi (melihat masa depan). Untuk membangun hari ini, kita cukup bekerja dengan inovasi.
Inovasi adalah mantra bisnis yang sangat penting, yang berarti kita mengubah realita tentang sesuatu hal, membuatnya menjadi lebih baru atau lebih baik, lebih efektif, tetapi masih dalam sistem yang sama. Dalam sebuah organisasi inovasi ini sangat diperlukan. Untuk bisa menciptakan inovasi diperlukan figur-figur yang berorientasi dalam tindakan. Dengan begini kita bisa menghasilkan kinerja yang positif dan jarang memerlukan perubahan yang radikal. Seperti disebutkan di atas bahwa untuk maju ke depan kita perlu mengubah persepsi kita bukan hanya inovasi saja. Persepsi dapat diartikan ganda, yang pertama yaitu melihat dengan kasat mata ( dengan panca indera) atau yang kedua upaya melihat jauh ke depan. Melihat dengan pikiran berarti membuka pikiran, mengajak berpikir, mengeksplorasi berbagai kesempatan dalam dunia tanpa batas. Melihat seperti ini membutuhkan cara berpikir terbuka, dengan Change DNA yang lebih tinggi dari yang dimiliki rata-rata manusia. Dan itulah tugas pemimpin, mengubah persepsi. Dan untuk itu diperlukan lebih dari sekadar inovasi, yaitu kreativitas. Dengan tenaga-tenaga kreatif, kita bisa keluar dari sesuatu yang biasa, sesuatu yang telah menjadi kepercayaan publik, bahkan kepercayaan di kalangan orang-orang pintar sekalipun. Seperti kata Picasso bahwa untuk menciptakan sesuatu yang baru kita harus menghancurkan yang lama termasuk menghancurkan nilai-nilai dan cara berpikir yang lama.
Sejalan dengan pandangan ini, ekonom Schumpeter, yang memperkenalkan pentingnya entrepreneur dalam pembangunan ekonomi, juga menyebutkan bahwa datangnya orang-orang kreatif baru dapat menghancurkan temuan-temuan kreatif yang lama (creative destruction). Misalnya saja penemuan komputer yang menggeser penggunaan mesin tik. Penghancuran terhadap penemuan lama tidak lah mudah, kita akan berhadapan dengan penemu-penemu lama tersebuat yang tidak begitu saja rela karena mereka mempertahankan status quo. Kita akan berhadapkan dengan mereka yang juga dengan mati-matian akan mempertahankan temuan mereka. Untuk itu suatu perubahan bukan hanya membutuhkan inovasi tetapi juga membutuhkan kreativitas dan keterbukaan pikiran dan untuk melakukan ini semua yang kita butuhkan bukan hanya seorang manajer melainkan seorang pemimpin.
Kreativitas memang sangat diperlukan dalam suatu perubahan. Kadang kita juga harus keluar dari track yang benar untuk bisa menciptakan perubahan. Tapi, kadang kita terlalu takut mengambil resiko dari tindakan kita itu. Sering kali kita kehilangan peluang karena kita terlalu takut untuk mengambil resiko dari buah kekreativan kita. Kenapa demikian? Itu karena kita masih tergolong orang-orang yang tertutup punya kecenderungan berpikir dogmatis dan kurang berani mengambil risiko. Lebih banyak melihat constraint (batasan-batasan) daripada opportunity (peluang). Diluar sana kita bisa lihat orang-orang yang sukses dan berhasil adalah orang-orang yang kreatif dan berani mengambil resiko. 
Inovasi tanpa kreativitas juga sama saja. Sistem yang berhasil diterapkan di suatu organisasi belum tentu cocok untuk diterapkan di organisasi kita. Kalau kita langsung meniru, itu sama saja kita berinovasi tapi tanpa kreativitas. Untuk itu diperlukan cara lain, yang tidak cukup sekadar dari apa yang terlihat secara fisik, rutin, dan biasa sehari-hari. Perceiving adalah modal awal untuk mengubah, yaitu mengubah dengan berpikir. Memang mata persepsi adalah mata realita, tetapi orang yang memasuki alam persepsi akan dapat menemukan visi, yang artinya melihat tanpa sekat dengan kacamata tanpa constraint. Tanpa pembaharuan, cara berpikir reformasi belum menjadi kenyataan. Dan pembaharuan memerlukan visi, melihat jauh ke depan dan mengubah anggapan-anggapan lama, melakukan perceiving.

Perangkap realita
Realita memberikan perspektif untuk berpikir logis berdasar kenyataan. Tapi,realita juga dapat berubah menjadi bom waktu yang dapat memenjarakan manusia tatkala ia berubah menjadi ‘belief’ (suatu kebenaran) dan manusia yang menerimanya berpikir pasrah terhadap realita trersebut. Agar situasi ini tidak berlangsung secara terus menerus, maka dibutuhkan seorang pemimpin visioner yang bisa membantu orang lain untuk keluar dari perangkap realita ini. Pemimpin visioner ialah pemimpin yang tidak terpaku terhadap perangkap realita hari ini, tapi lebih mengutamakan orientasi kemasa depan, lebih mengutamakan bagaimana visi dan misi yang ada bisa direalisasikan dan dijalankan dengan semaksimal dan sebaik mungkin. Pemimpin visioner tidak akan terperosok ke dalam perangkap realita sesaat , tetapi akan cenderung untuk selalu berbuat dan berkembang lebih baik daripada realita yang sedang dijalani sekarang. Untuk mewujudkan hal-hal positif itu pun tidak mudah, pemimpin visioner dihadapkan pada berbagai serbuan virus pesimistis yang menghambat orang-orang untuk melakukan pembaharuan. Oleh karena itu, pemimpin visioner harus mampu untuk membuat banyak orang untuk berpikiran optimis terhadap suatu pembaharuan agar bisa keluar dari perangkap realita dan bisa berorientasi ke masa depan. Masa depan hanya diciptakan oleh impian-impian yaitu pandangan tentang keadaan yang lebih indah di masa depan. Negara yang miskin bisa berubah menjadi negara kaya karena memiliki optimisme yang tinngi akan pembaharuan menjadi kaya di masa mendatang dan sebaliknya, negara kaya bisa menjadi miskin karena terperangkap oleh pendangan-pandangan tentang hari ini. Itulah sebabnya kita memang memerlukan pemimpin visioner yang bisa mengajak kita untuk keluar dari perangkap realita hari ini menuju masa depan yang lebih baik.

Petuah Palo Alto: ubahlah dua kali
Rumusan The law of change menyebutkan ada dua jenis perubahan yang harus dilakukan seseorang, dan bila hanya mengubah satu saja belum tentu akan berhasil,:
1.      Perubahan realita (tipe 1)
  • Terjadi di dalam sistem yang sama, berulang-ulang, berkelanjutan, supaya tetap sama hasilnya.
  • Modifikasi komponen/bagian-bagian dan tetap patuh pada aturan baku yang berlaku
  •  Retroactive feedback sangat penting.
  •  Keep balance
2.      Perubahan persepsi (tipe 2)
  • keluar dari sistem lama, menemui sesuatu yang baru, tidak meneruskan yang sama, tetapi ada kejutan-kejutan.
  •  Merombak cara berpikir/melihat, asumsi-asumsi, hipotesa-hipotesa, dan pandangan-pandangan.
  •  Peraturan lama sudah tidak bisa dipakai, harus diganti menyeluruh.
  •  Keberanian melawan arus, “break the rule/order surprise”, belum terlihat, chaos.
Dalam hal ini kebanyakan pemimpin hanya melakukan perubahan pada tipe 1 yaitu perubahan realita saja. Mereka hanya memandang “here and now”.  Melakukan perubahan terhadap yang kasat mata saja. Misalnya saja seseorang memperbaiki gedung, menambah produk baru di pasar, membangun merk, dll. Tentu saja perubahan itu saja tidak cukup, karena umumnya mereka akan kembali bekerja seperti semula seperti sebelum strategi itu dirumuskan. Karena manusia terbelenggu oleh kebiasaan, habita, atau tradisi.
Oleh karena itu diperlukan perubahan tipe ke dua. Yaitu perubahan nilai-nilai dan cara berpikir. Dan satu hal yang diajarkan oleh the palo alto school “if you want to change, you hve to change twice. You not only need to change the reality of your situation, you also need to change the perception of this reality.”